Sabtu, 11 April 2015

Survivor's Story chapter 1


Survivor's Story
(Chapter 1)
OS by : Me.



******************************************

Ini sungguh-sungguh malam yang melelahkan.

Jika kau tidak percaya, tanyakan saja pada John, satpam yang sedang mendapat shift malam hari ini, yang sekarang sedang duduk terkantuk-kantuk di pos jaganya, tepat di depan pintu keluar dari parkiran basement di kantor tempat aku bekerja ini.

Segera setelah sadar bahwa aku tak bisa lagi menahan kantuk--tak peduli berapa gelas sterofoam berisi kopi hangat yang kubeli dari mesin penjual otomatis di lantai 1--beserta keyakinan teguh bahwa aku tak akan dimarahi bosku walaupun meninggalkan sedikit pekerjaan untuk diselesaikan besok, akupun memutuskan untuk pulang ke rumah. Tentu saja, ini bukan pertama kalinya aku harus menjalani lembur. Bekerja di sebuah perusahaan percetakan bukanlah hal yang mudah.

Dengan sekali klakson mobilku berbunyi, membuat John tersentak bangun dari tidurnya. Ia segera mengusap sudut bibirnya dengan satu punggung tangan, sedangkan tangan lainnya membuka buku tebal yang ada di atas meja di depannya. "Sudah mau pulang, Sir?" suaranya yang dalam dan rendah seolah teredam dalam pos jaganya, dan hanya terdengar sedikit lewat lubang berbentuk setengah lingkaran di kaca depannya.

Aku mengangguk dan John tampak sibuk mengetikkan sesuatu di komputernya. Setelah itu, tangannya menekan tombol hijau di kotak di sebelah komputer, dan palang yang melintang di depan mobilku langsung terangkat. Aku tersenyum padanya lalu menaikkan kaca mobilku, berikut memacu gas keluar dari area kantor dan melewati gedung-gedung pencakar langit lainnya menuju ke selatan.

Perjalanan ke rumahku sekitar 2 jam, dan sekarang sudah pukul 1. Itu artinya, aku akan tiba di rumah sekitar jam 3 subuh, dan tidak akan punya waktu cukup untuk istirahat karena pukul 5 aku sudah harus berangkat lagi ke kantor, supaya bisa tiba pukul 7. Tapi rumah pacarku, Anna, hanya berjarak tempuh 45 menit. Otakku sudah mulai frustasi dengan segala hitung-hitungan mengenai seberapa lama waktu yang aku punya untuk mengistirahatkan tubuhku yang sudah kelelahan ini, sampai ide itu tiba-tiba muncul di kepalaku. Aku bisa menginap di rumah Anna.

Akhirnya, kuhentikan mobilku di pinggir jalan sambil mengawasi keadaan sekitar. Aku sedang berada di Westburg Way, dan setengah jam lagi.. Bayangan tempat tidur di kamar tamu di rumah Anna, atau bahkan lebih baik lagi jika langsung ke tempat tidur Anna saja, sudah melayang-layang di benakku saat aku mengeluarkan handphone dari saku celana. Kuketikkan nama Anna di daftar kontak, lalu menghubunginya. Oke, aku tau aku ini tipe lelaki yang egois, yang membangunkan pacarnya di tengah malam hanya sekedar untuk menumpang tempat tinggal semalam, tapi ini benar-benar kondisi yang kritis. Aku. Butuh. Istirahat.

"Halo?" suara lembut yang sedikit parau karena mengantuk itu terdengar di seberang sana.

"Halo, Anna, aku ingin ke rumahmu sekarang," aku melirik bayanganku di kaca spion, memastikan bahwa diriku tidak tampak berantakan tapi yang terlihat disana, kenyataannya, justru berbalik dari harapanku.

"Oke, kau punya kunci rumahku."

"Kau tidak menggembok pagarmu kan?"

"Tidak. Kalau sudah datang, masuk saja ya? Aku ingin melanjutkan tidurku dulu."

"Ya, ya. Maafkan aku sudah membangunkanmu, babe."

"Hm. Hati-hati di jalan, Rick. Jangan mengemudi dalam keadaan mengantuk." Anna menguap di seberang sambungan telepon. Itu membuat mataku terasa semakin berat.

"Aku tau. Bye, Anna."

"Bye, Rick."

Nada yang terdengar menandakan bahwa sambungan telah terputus. Kumatikan handphoneku dan tanganku mulai mengusap wajah. Entah mengapa hari ini terasa lebih letih daripada biasanya. Bahkan kakiku seolah tak mampu menginjak pedal gas lagi. Jadi aku memutuskan untuk beristirahat sebentar di jalan, karena mengingat kata-kata Anna tadi. Jangan mengemudi dalam keadaan mengantuk. Jadi kusandarkan kepalaku pada kemudi mobil dan menutup mataku.

******************************************

Aku bahkan belum tertidur lebih dari 5 menit, atau itu hanya perasaanku saja, karena saat aku terbangun dan melihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 2.27. Ada sesuatu yang mengusikku tadi, entah apalah itu. Seperti suara benda berat yang jatuh, dan tidak mungkin sesuatu itu berada di dalam mobilku. Pastinya suara yang berasal dari luar.

Maka aku mulai mengawasi sekitarku lagi. Aku masih berada di Westburg Way, dan tak ada yang aneh. Lampu-lampu jalan menyala, dan hampir semua lampu lantai dua di deretan ruko sepanjang jalan dalam keadaan mati.

Semua kecuali yang satu itu.

Lampunya menyala dan dari sana aku bisa melihat siluet tampak seperti seorang lansia bongkok yang pincang. Bahunya tidak sama tinggi dan ia seperti tengah melihat ke luar, mengawasi. Entah mengapa bulu kudukku merinding saat menyadari bahwa ia mungkin saja tengah menatap ke arahku, dan aku tak bisa melihat siapa dia karena terhalang tirai jendela tipis berwarna krem.

Tiba-tiba, hampir serentak lampu di beberapa ruko mulai menyala, dan menyusul dengan ruko-ruko lainnya. Seakan semua manusia yang ada di daerah sekitar ini sedang terbangun dari tidurnya. Aku mendengar kegaduhan, dan salah satunya dari ruko tepat di sebelah mobilku. Suara seorang pria,

"Ada apa, Janet? Astaga.. Astaga.. Janet? Janet, apa kau baik-baik saja? Janet?"

Aku mendengarkan dengan seksama, walaupun instingku telah menyuruhku untuk lari. Ada yang tidak beres disini.

"Janet? Demi Tuhan, astaga, kau ini kenapa?"

Suara geraman kasar terdengar dari dalam sana, seperti suara anjing yang sedang bersiap menerkam musuhnya.

Sedetik kemudian, suara jeritan yang menyayat gendang telingaku meraung dari bangunan ruko itu. Hampir bersamaan dengannya, siluet yang tengah mengamati dari jendela rukonya sedari tadi, dengan cepat membuka tirai jendela. Mataku hampir tak bisa menangkap saat sosok itu melompat, dan menabrakkan dirinya ke kaca jendela sekuat tenaga--jika seperti itu yang terlihat--sampai tubuhnya terlempar ke jalanan di depanku dengan backsound bunyi pecahan kaca berhamburan.

Benar dugaanku, siluet itu berasal dari seorang lansia. Umurnya kira-kira 50-an, seorang pria yang rambutnya putih semua, dan kini sedang terbungkuk-bungkuk di jalan, berusaha mengangkat tubuhnya dari aspal, dan setelah itu..

Berjalan ke arahku. Wajahnya terangkat dan menatapku dengan tatapan yang samasekali tidak manusiawi.

Sekarang, tanpa pikir panjang lagi aku segera memacu mobilku dengan kecepatan tinggi, menabrak lansia itu sampai terlempar kembali ke pinggir jalan. Sepersekian detik setelahnya, bunyi-bunyi pecahan kaca dan teriakan, jeritan, bergabung dengan suara alarm mobil mulai terdengar dengan sangat jelas. Raungan dan geraman yang tidak terdengar seperti berasal dari manusia, lebih seperti berasal dari hewan buas, juga turut meriuhkan suasana. Kupacu mobilku secepat yang aku bisa.

What the hell is this? Dengan beribu pertanyaan dan kebingungan akan apa yang baru saja terjadi muncul silih berganti di kepalaku, aku berusaha untuk tetap tenang dan mencari handphoneku.

Setelah menemukannya, aku tetap fokus dengan kemudi dan jalanan yang gelap gulita di depanku. Aku sedang melewati area hutan dan rawa-rawa. Suara-suara berisik itu tak lagi terdengar, tapi masih bergaung-gaung di telingaku seperti mimpi buruk. Setelah menekan daftar log panggilan dan menelepon nama yang muncul di paling atas, aku segera terhubung dengan Anna.

"Anna? ANNA!" Aku berteriak, dan kurasa itu membuatnya takut karena suara jeritan kecil terdengar di ujung sana. Aku membayangkan ia tengah menjauhkan ponsel dari telinganya, dan menatap benda itu seolah ia sedang menatapku, sambil bertanya pula, Apakah kau gila?

"Ada apa, Rick?"

"Apa yang terjadi disini?!"

"Apa, apanya yang terjadi? Maksudmu apa sih? Hey, hey.. Tenanglah, love, apa yang terjadi?"

Ia pasti sedang berdiri dari tempat tidurnya sekarang, mengenakan sandal bulu yang ada di dekat nakasnya. Mungkin ingin mengambil minum di dapur, atau apalah.

"Anna, dengarkan aku. Aku ingin kau mengemasi bajumu sekarang." Bisa saja apa yang kusaksikan barusan itu hanya terjadi di Westburg Way, tapi aku tak mau ambil resiko. "Aku akan menjemputmu."

"Hey, apa yang terjadi?"

"Entahlah, aku menyaksikan sesuatu yang aneh di jalan barusan."

"Penampakan hantu?"

"Bukan, bukan!" Adegan-adegan dalam film zombie yang kutonton di bioskop sebulan yang lalu, bersama Anna dan teman ceweknya Safira yang sangat cerewet dan centil, mulai muncul dalam imajinasiku. "Aku juga tidak tau apa ini, yang jelas ini berbahaya. Jangan kemana-mana, tetap di kamar sampai aku tiba disana!"

Aku memutuskan panggilan itu, lalu memegang kemudi mobilku dengan dua tangan. Harus lebih cepat lagi, harus lebih cepat. Menjemput Anna dan pergi ke tempat yang aman. Harus.

Rasa kantukku telah hilang seketika saat aku mulai memasuki kawasan Ford, tepatnya di kompleks perumahan Florida. Rumah Anna masih sekitar 6 blok lagi, tapi tampaknya daerah ini belum terkena apa-apa. Kelihatannya semua aman, tapi aku mulai waspada saat melihat sebuah rumah yang lampunya menyala dan suara percakapan terdengar dari dalam sana.

Setibanya di depan rumah Anna, kulihat pagarnya masih dalam keadaan tertutup. Mobilku kutinggalkan begitu saja dengan mesin menyala dan aku segera membuka gerbang. Sempat bergidik saat suara logam berkarat terdengar lirih dan seolah memecah keheningan malam itu.

Dengan segera, aku menghambur kedalam rumah menuju kamar Anna, dan disanalah pacarku. Sedang memasukkan beberapa bajunya kedalam koper. Kubuka lemari pakaiannya dan aku juga mengeluarkan beberapa kemeja dan kaus oblong serta celana selutut milikku yang ada di dalam sana, lalu memasukkannya dalam koper Anna.

"Apa yang terjadi, Rick?" Suaranya bergetar, ketakutan. "Aku tidak mengerti apa yang sedang kau khawatirkan di malam yang tenang begini."

Kugandeng tangannya menuju dapur dan aku mengisi sebuah kantong sampah yang masih bersih dengan semua mie instan yang kulihat, serta beberapa botol besar air mineral kedalamnya. Anna muncul dengan dua sikat gigi di tangannya.

"Ada apa, Rick? Ada apa? Jelaskan padaku."

"Nanti saja kujelaskan saat kita sudah di mobil. Ayo, ayo cepat."

Anna membantuku membawa kantong sampah sedangkan aku mengangkat kopernya, dan kami menuju pintu depan. Saat tiba di depan gerbang..

Ah, sial! Mobilku!

Lenyap begitu saja, menghilang. Tentu saja pikiranku sudah benar-benar kacau sampai aku lupa bahwa daerah di Ford sangat rawan maling. Sial. Sial. Tak ada waktunya lagi memikirkan chevrolet hitam hadiah ulangtahunku yang ke 21 itu, sekarang aku harus membawa Anna pergi.

"Tidak!" Anna mengentakkan tangannya saat aku berusaha menariknya untuk segera berjalan. Aku menoleh dan melihat wajahnya pucat pasi.

"Jelaskan dulu padaku!" Meski pucat, dia jelas-jelas sedang emosi sekarang. Mungkinkah ini masa periode bulanannya? Oh, sial. Harusnya aku bisa menebak itu. Wanita rentan untuk dibuat tertekan pada masa-masa ini. "Kau tiba-tiba meneleponku, pukul setengah tiga subuh! Dengan nada panik, menyuruhku mengemasi pakaian dan berkata kau akan menjemputku. Kau datang, lalu mengambil makanan dan minuman dari rak, kita sekarang tampak seperti seorang pengungsi! Demi Tuhan, Rick, kenapa tidak kau jelaskan padaku hal bodoh apa yang membuatmu menggila seperti ini?"

"Kita harus pergi, Anna. Ada zom..."

Belum juga kata itu terucap dari mulutku, kalimatku sudah dipotong oleh suara jeritan yang lagi-lagi terdengar hampir bersamaan, dan aku baru sadar bahwa lampu di rumah-rumah tetangga Anna sudah banyak yang menyala. Suara jeritan, raungan, lagi-lagi seperti yang kudengar di Westburg Way.

Panik, panik. Aku langsung menyeret Anna yang masih kebingungan untuk berlari. Aku tidak tau kemana tujuan kami, tapi yang aku tau kami harus pergi secepatnya.

Wabah zombie sedang merebak dimana-mana.

..: to be continue :..

****************************************************

So, that's it guys! Sebuah cerita yang cukup menguras imajinasi gue selama hampir 2 jam. Memang, susahnya membuat cerita itu terletak pada bagaimana cara kita dapat menarik para readers kedalam dunia imajinasi yang kita ciptakan. Well, I hope that you all will leave comment, or anything hahaha. Sorry, bahasa Inggris gue emang gak bisa diharapkan -______-" Ukay, hm.. hm..

Bye!


Tidak ada komentar :

Posting Komentar